SELAMAT DATANG DI BLOG<= KAMPUNG KARANGSALAM =>< KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM < KAMPUNG KARANGSALAM

5 Sep 2012

Gula Merah Kampung Karang Salam

OLEH ADMIN
Gula Merah.
Gula merah, gula kelapa atau lebih terkenal lagi gula jawa yaitu gula yang di buat khas oleh orang jawa pada masa itu.
Sebagai sebuah produk hasil kerajinan tangan, gula jawa selalu eksist di pasaran karena sangat banyak yang membutuhkannya, dari ibu rumah tangga, pedagang bubur kacang, pedagang dodol, retaurant hingga pabrik kecap memerlukan gula merah.
Gula merah diproses dengan menggunakan tenaga manusia murni, mulai dari mempersiapkan penyadapan di pohon hingga proses pencetakannya menjadi semacam lempengan-lempengan bulat, kotak, bulat memanjang dan seterusnya menurut keperluan penjualan atau bahkan pesanan pengepul gula atau sering di sebut TOKE atau juragan gula di jawa. Belum ada yang tau asal muasal gula dibuat tapi dari namanya gula jawa pastilah orang Jawa yang telah memproduksinya. Namun sekarang hampir di setiap daerah sudah mengenal gula ini dan bahkan sudah memproduksinya. Di pasaran, gula merah tidak pernah tidak laku, selalu laris manis karena sangat banyak yang membutuhkannya.
Sekedar informasi, daerah banyumas adalah produksi terbesar gula merah pada saat sebelum ada penanaman massal pohon kelapa di daerah lain seperti misalnya di Sukabumi. Pada masa itu gula kelapa belum dimanfaatkan secara optimal seperti sekarang, yang sudah menjangkau pasaran luar negeri. Sentra produksi gula merah di Banyumas terdapat di kecamatan Karang Lewas, Cilongok, Ajibarang, Gumelar dan lainnya, yang rata-rata pendapatan keluarga berasal dari pertanian tanaman kelapa sebagai pendapatan pokok yaitu dengan menyadap nira untuk dijadikan gula merah dan bisa dijual ke tengkulak untuk selanjutnya bisa membeli beras untuk konsumsi keluarga. Pada zaman itu tahun 80-an, gula merah malah hanya ditukar dengan beras alias menjual gula tapi pulang membawa beras dan sayuran kebutuhan makan/ijon.
Karena ini posting di blog karang salam kita maka admin akan mengurai sedikit tentang kehidupan petani gula merah [penderes] di kampung karang salam, agar sesuai dengan konten blognya.

Petani Gula Merah Tempo Dulu

Saya lahir tahun 70-an dan Bapak saya sekitar 35 tahun lebih tua dari saya. Ketika saya mulai mengimgat dunia yang pertama saya tau adalah Bapak saya seorang petani gula merah alias tukang nderes [penyadap nira kelapa]. Setiap pagi Bapak saya memanjat pohon kelapa tidak kuranmg dari 20 batang pohon kelapa untuk menyadap air nira dari batang bunga kelapa yang Bapak saya sering menyebutnya MANGGAR.
Jika tangkai bunga kelapa [manggar] keluar dari pangkal daunya besar itu berarti harapan baik, karena kelak nanti air nira pasti akan lebih banyak dan menghasilkan gula juga lebih banyak dan sebaliknya, kadang ada kemurungan jika bunga kelapanya kecil. Namun itu hanya relatif dengan pohon lain, jadi itu suatu pengalaman penyadap. Setelah semiua sadapan di ganti dengan wadah baru dan hasil sadapan dikumpulkan kemudian dipikul ke rumah, tugas seorang istri yang merebus air nira itu di rumah dengan menggunakan tunggku dan wadah air nira [kuali baja] untuk dijadikan gula merah seperti yang bisa dibeli di pasar sekarang. Perebusan mengunakan kayu bakar dan lainnya yang bisa membuat api terus menyala hingga air nira mengental menjadi gula merah. Selesai proses pembuatan gula, saat sore menjelang dan waktunya mengganti wadah sadapan sore hari, dan Bapak saya pun kembali memanjat pohon kelapa untuk menjalani rutinitasnya lagi di sore hari, begitu seterusnya setiap hari.
Sama halnya juga dengan penyadap air nira yang lain sebagai petani gula merah di kampung karang salam pada masa itu. Hampir 90 % penduduk kampung karang salam saat itu menjadi petani gula merah sebagai satu-satunya penghasilan keluarga. Semuanya dinikmati dan menjalani kehidupan tradisianolnya masing-masing sebagai petani gula merah.
Sekian dulu nanti pasti ada lanjutanya
Karang Salam Kita

Tidak ada komentar: